Analisis Strategis dalam Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan


BAB I

PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan. Salah satu indikator kekurang berhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan NEM siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SLTP dan SLTA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Diskusi tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan..Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas - batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to improve student achievement). Disamping itu mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu pendidikan. hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya. Walaupun demikian, agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati secara secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut (adanya benchmarking). Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan.
Konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing - masing ini, berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kindisi lingkunganya (kelebihan dan kekurangannya) untuk kemudian melaui proses perencanaan, sekolah harus memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk program - program prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misinya masing - masing. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mendiri tetapi masih dalam kerangka acuan kebijakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yang memadai, memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan masyarakat.
Realitas Pendidikan Islam saat ini bisa dibilang telah mengalami  masa intellectual deadlock. Diantara indikasinya adalah minimnya upaya pembaharuan, dan kalau ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik  dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih  memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model  pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan pada pendekatan  intelektualisme-verbalistik dan menegasikan pentingnya  interaksi  edukatif  dan komunikasi humanistik antara guru-murid. Keempat, orientasi  pendidikan Islam menitikberatkan  pada  pembentukan  hamba  Allah  dan  tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim sebagai khalifah fi al-ardl.[1]
Padahal, disisi lain pendidikan Islam mengemban  tugas  penting,  yakni bagaimana mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar umat  Islam dapat berperan aktif dan tetap survive di era globalisasi. Dalam konteks ini Indonesia sering mendapat kritik, karena dianggap masih tertinggal dalam  melakukan pengembangan kualitas manusianya. Padahal dari segi kuantitas  Indonesia memiliki sumber daya manusia melimpah yang mayoritas beragama Islam. Mengapa pengembangan kualitas sumber daya manusia  menjadi sangat penting dan begitu urgent. Hal ini tak bisa dipungkiri mengingat abad XXI sebagai era globalisasi  dikenal  dengan  situasinya  yang penuh dengan persaingan (hypercompetitive situation). John Naisbitt  dan Patricia Aburdene sebagaimana dikutip A. Malik Fadjar, pernah mengatakan bahwa terobosan paling menggairahkan dari abad XXI bukan karena  teknologi, melainkan karena konsep  yang  luas  tentang apa  artinya  manusia itu. Pengembangan kualitas SDM bukan  persoalan  yang gampang dan sederhana, karena membutuhkan pemahaman yang mendalam dan luas pada tingkat pembentukan konsep dasar tentang manusia serta perhitungan  yang matang dalam penyiapan institusi dan pembiayaan.[2] Paradigma  pembangunan yang berorientasi pada keunggulan komparatif dengan lebih mengandalkan sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah, saat ini mulai  mengalami pergeseran menuju pembangunan yang lebih menekankan keunggulan kompetitif. Dalam paradigma baru ini, kualitas SDM, penguasaan teknologi tinggi dan peningkatan peran masyarakat memperoleh perhatian.[3]
Adapun pembahasan mengenai analisis strategis meningkatkan mutu pendidikan akan dibahas pada bab selanjutnya.

B.       Rumusan Masalah
1.         Pengertian dari analisis strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan islam?
2.         Bagaimana langkah – langkah analisis strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam?
3.         Bagaimana upaya dalam meningkatan mutu pendidikan Islam?
4.         Hambatan – hambatan dalam peningkatan mutu pendidikan Islam?
5.         Analisis strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan islam?

C.      Tujuan Pembahasan Masalah
1.         Untuk mengetahui pengertian dari analisis strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan islam.
2.         Untuk mengetahui bagaimana langkah - langkah strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam.
3.         Untuk mengetahui bagaimana upaya dalam meningkatan mutu pendidikan Islam.
4.         Untuk mengetahui hambatan – hambatan dalam peningkatan mutu pendidikan Islam.
5.         Dapat menganalisis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan islam.
D.      Batasan Masalah
Agar pembahasan makalah ini tidak melebar, maka penulis memberikan batasan pada masalah yang akan dikaji pada makalah ini. Adapun masalah yang akan dikaji pada makalah ini adalah pengertian analisis strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan islam, langkah - langkah strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan islam, upaya dalam meningkatan mutu pendidikan Islam, hambatan – hambatan dalam peningkatan mutu pendidikan Islam  dan analisis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan islam

E.       Manfaat Penelitian
a.    Secara teoritis
Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan manajemen pendidikan terutama dalam masalah analisis strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan islam.
b.   Secara Praktis
a)      Bagi para peneliti selanjutnya maka penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan ataupun pijakan dalam melakukan kajian pustaka terkait peningkatan manajemen pendidikan.
b)      Bagi kalangan akademis, maka makalah ini berguna sebagai bahan referensi dalam aktifitas akademik yang diselenggarakan yang berhubungan dengan analisis strategi peningkatan mutu pendidikan islam.
F.       Penegasan Istilah
a.    Teoritis
Analisis secara bahasa dapat diartikan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Secara istilah analisis dapat diartikan sebagai suatu tindakan dalam mengevaluasi tujuan–tujuan yang diinginkan dalam mencapai suatu tujuan bersama yang diharapakan. Sedangkan strategi diartikan rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dulu strategi banyak digunakan dalam kegiatan berperang, tetapi istilah ini kemudian dapat diterapkan dalam berbagai lini kehidupan sebagai rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Selanjutnya mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikanOperasional
Dengan demikian maka Pembinaan guru dengan pendekatan kolaboratif mengandung arti usaha untuk melakukan pembinaan/penyempurnaan terhadap seorang guru dengan cara melakukan usaha pendekatan dan menjalin kerjasama dengan guru agar dicapai tujuan bersama yang diharapkan dalam upaya untuk mengaktifkan dan mengefisienkan kegiatan pembelajaran yang ada.

G.      Metode Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Jenis peneitian dalam penelitian ini adalah study kepustakaan yaitu penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis.
2.       Obyek Penelitian
Yang menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini adalah analisis strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam.
3.      Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data skunder. Sumber data primer disini meliputi berbagai macam informasi baik yang berupa orang maupun buku, literatur, dokumen, serta data-data lain yang langsung memiliki keterkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Sedangkan sumber data sekunder adalah segala sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung terhadap penelitian ini. Sumber data ini juga meliputi arsip, buku, majalah, dokumen-dokumen ataupun artikel-artikel yang bisa mendukung penelitian ini.
H.      Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam penelitian ini, maka sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang, Batasan masalah, rumusan masalah, Tujuan Penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika pembahasan
Bab II : Pembahasan meliputi pengertian analisis strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan islam, langkah - langkah strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan islam, upaya dalam meningkatan mutu pendidikan Islam, hambatan – hambatan dalam peningkatan mutu pendidikan Islam  dan analisis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan islam
Bab III : Penutup, meliputi penutup, daftar rujukan, saran dan harapan


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Analisis Strategis dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam
Analisis secara bahasa dapat diartikan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti keseluruhan.[4] Secara istilah analisis dapat diartikan sebagai suatu tindakan dalam mengevaluasi tujuan–tujuan yang diinginkan dalam mencapai suatu tujuan bersama yang diharapakan. Sedangkan strategi diartikan rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.[5] Dulu strategi banyak digunakan dalam kegiatan berperang, tetapi istilah ini kemudian dapat diterapkan dalam berbagai lini kehidupan sebagai rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Selanjutnya mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, Ebta atau Ebtanas). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya : komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dsb.
Menurut Sallis dalam bukunya Sudarwan mengatakan bahwa mutu dapat diartikan sebagai derajat kepuasan luar biasa yang di terima oleh costumer sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Achmad mengemukakan bahwa, mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efesien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku.[6] Apapun yang dilakukan harus berpatokan pada aturan dan standar. Ada banyak pendapat mengenai kriteria mutu pendidikan. Engkoswara  melihat mutu atau keberhasilan pendidikan itu dari tiga sisi, yaitu: prestasi, suasana, dan ekonomi. Sollis mengemukakan 2 standar utama untuk mengukur mutu, yaitu (1) standar hasil dan standar pelayanan, dan (2) standar costumer.[7] Mutu pendidikan itu ternyata tidak semata-mata di ukur dari mutu keluaran pendidikan secara utuh (educational autcomes) akan tetapi di kaitkan dengan konteks di mana mutu itu di tempelkan dan berapa besar persyaratan tambahan yang diperlukan untuk itu. Pada era masyarakat industrial sekarang ini, tenaga kependidikan harus tampil dengan sosok pelayanan yang berkualitas. Berbeda dengan produk fisik, karakteristik pelayanan pendidikan yang berkualitas itu sulit dirumuskan, namun dapat diabstraksikan dan dirasakan oleh costumer. Bentuk pelayanan pendidikan yang bermutu antara lain adalah terjadinya secara tepat waktu dan tepat sasaran, perbuatan melayani dilakukan secara hati-hati dan komprehensif dan kesabaran menghadapi masalah-masalah yang tidak dapat diraba.

Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir semester, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UAS ataupun UAN). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya: komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dsb.
Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang dicapai . Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah ' terutama yang menyangkut aspek kemampuan akademik atau "kognitif" dapat dilakukan benchmarking (menggunakan titik acuan standar, misalnya :NEM oleh PKG atau MGMP). Evaluasi terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah baik yang sudah ada patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan ekstra-kurikuler) dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan tahun berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus merupakan penjabaran dari target mutu yang ingin dicapai dan skenario bagaimana mencapainya.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini berasal dari bahasa Arab yaitu tarbiyah yang berbeda dengan kata ta’lîm yang berarti pengajaran atau teaching dalam bahasa Inggris. Kedua istilah (tarbiyah dan ta’lîm) berbeda pula dengan istilah ta’dzîb yang berarti pembentukan tindakan atau tatakrama yang sasarannya manusia.[8] Walaupun belum ada kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini yang dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah, istilah bahasa Arab yang menurut penulis dapat meliputi kedua istilah di atas. Hal yang sama dikemukakan oleh Azyumardi Azra bahwa pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inhern dalam konotasi istilah tarbiyah, ta’lîm dan ta’dzîb yang harus dipahami secara bersama-sama.[9] Dari pemaparan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara sesuai dengan ajaran Islam.[10]
Rumusan ini sesuai dengan pendapat Endang Saefudin Anshari yang dikutip Azra bahwa pendidikan Islam adalah proses bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan fisik dan psikis siswa dengan bahan-bahan materi tertentu dengan metoda tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu sesuai dengan ajaran Islam.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kita perlu melakukan kajian/penelitian terhadap rencana – rencana yang telah kita lakukan terkait tingkat keunggulan (kualitas) dalam upaya memberikan bimbingan kepada peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam.  

B.  Langkah – Langkah Analisis Strategi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam, maka memerlukan partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :
1.         Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2.         Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
3.         Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas/ bermutu bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
4.         Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan termasuk anggarannnya. Program tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu pendidikan (misalnya kenaikan NEM rata-rata dalam prosentase tertentu, perolehan prestasi dalam bidang keterampilan, olah raga, dsb). Program sekolah yang disusun bersama-sama antara sekolah, orang tua dan masyarakat ini sifatnya unik dan dimungkinkan berbeda antara satu sekolah dan sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita dalam mengimplementasian konsep ini adalah mutu siswa, maka program yang disusun harus mendukung pengembangan kurikulum dengan memperhatikan kurikulum nasional yang telah ditetapkan, langkah untuk menyampaikannya di dalam proses pembelajaran dan siapa yang akan menyampaikannya.
Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk melaksanakan program. Oleh karena itu, sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu lebih penting dari program lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini mendorong sekolah untuk menentukan skala prioritas dalam melaksanakan program tersebut. Seringkali prioritas ini dikaitkan dengan pengadaan peralatan bukan kepada output pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep tersebut sekolah harus membuat skala prioritas yang mengacu kepada program-program pembelajaran bagi siswa. Sementara persetujuan dari proses pendanaan harus bukan semata-mata berdasarkan pertimbangan keuangan melainkan harus merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut. Anggaran harus jelas terkait dengan program yang mendukung pencapaian target mutu. Hal ini memungkinkan terjadinya perubahan pada perencanaan sebelum sejumlah program dan pendanaan disetujui atau ditetapkan.
a.     Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun program sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan esensial, yaitu : (i) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program sekolah dalam periode satu tahun, dan (ii) keberadaan dan kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan guru dan staf lain yang berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena perubahan tersebut dirasakan harus melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan dan logika pengembangan telah juga disesuaikan. Aspek penting dari strategi perencanaan ini adalah program dapat dikaji ulang untuk setiap periode tertentu dan perubahan mungkin saja dilakukan untuk penyesuaian program di dalam kerangka acuan perencanaan dan waktunya.

b.     Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa, maka kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektifitas dan efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan suatu proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.[11]
C.  Upaya dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam, maka memerlukan partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan islam. Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam Total Quality Management (TQM) kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahmi proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
a.    Kerjasama Tim (Team Work)
Kerjasama tim merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Islam. Tim adalah sekelompok orang bekerja secara bersama-sama dan memiliki tujuan bersama yaitu untuk memberikan kepuasan kepada seluruh satakeholders. Kerja tim dalam sebuah organisasi merupakan komponen penting dalam TQM, mengingat kerja tim akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi dan mengembangkan kemandirian. Kerjasama tim dalam menangani proyek perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan merupakan salah satu bagian dari pemberdayaan (empowerment) pegawai dan kelompok kerjanya dengan pemberian tanggungjawab yang lebih besar. Eksistensi kerjasama dalam sebuah lembaga pendidikan sebagai modal utama dalam meraih mutu dan kepuasan stakeholders melalui proses perbaikan mutu secara ber-kesinambungan.
Fungsi kerjasama tim sebagai berikut:
1.     Bertanggungjawab pada mutu pembelajaran.
2.     Bertanggungjawab pada pemanfaatan waktu para guru, material serta ruang yang dimanfaatkan.
3.      Menjadi sarana untuk mengawasi, mengevalusai dan meningkatkan mutu.
4.     Bertindak sebagai penyalur informasi kepada pihak manajemen tentang perubahan-perubahan yang dalam proses peningkatan mutu tim.

Faktor-faktor Penghambat Kerja Tim :
1.      Identitas pribadi anggota tim.
2.      Hubungan antara anggota tim.
3.      Identitas tim dalam organisasi.

Kunci keberhasilan tim  
Ada tiga komponen saling berkaitan yang mempengaruhi kinerja dalam produktifitas suatu tim, yaitu sebagai berikut:
1.      Organisasi secara keseluruhan
Budaya atau kultur suatu organisasi akan menentukan sikap, perilaku dan cara berfikir seluruh anggota dalam mencapai misi dan tujuuan yang dipengaruhi oleh filosofi organisasi, norma, kode etik, system penghargaan dan harapan dari para anggota organisasi.
2.      Tim Kerja
Tim kerja mampu mencapai kinerja atau produktivitas yang diharapkan apabila dilakukan dengan adanya peranan dan tanggungjawab yang jelas, mampu melaksanakan manajemen konflik, adanya prosedur operasi yang jelas dan simple, serta pencapaian misi tim.
3.      Para individu anggota tim
Sifat individu anggota tim harus memiliki beberapa persyaratan agar kinerja atau produktivitas meningkat, yaitu : memiliki kesadaran dini untuk  bekerjasama dalam mencapai tujuan tim, memiliki apresiasi terhadap perbedaan individual, bersikap empati dan perhatian yang besar dalam penyampaian tugas masing-masing individu anggota tim.

Strategi untuk meningkatkan kinerja tim dalam pencapaian tujuan
1.     Saling ketergantungan; Saling ketergantungan individu dalam sebuah tim sangat penting dalam hal informasi, sumber daya, pelayanan tugas, karena hal ini dapat memperkuat kekompakan tim dalam mencapai kepuasan seluruh stakeholders.
2.     Perluasan tugas; Tim harus diberi tantangan, karena reaksi atau tanggapan terhadap tantangan tersebut membentuk semangat persatuan, kebanggan dan kesatuan tim.
3.     Penjajaran (alignment); Rasa individualistis harus dibuang dalam rangka mencapai misi yang bersama.
4.     Bahasa yang umum; Dalam pemakaian istilah harus memakai bahasa umum agar supaya mudah dipahami oleh semua anggota tim.
5.     Kepercayaan/respek; Dalam tim harus berusaha membentuk kepercayaan dan respek demi tercapainya kerjasama yang baik.
6.     Kepemimpinan; Dalam tim setiap individu memiliki bakat dan kemampuan anggota tim.
7.     Ketrampilan pemecahan masalah; Kemampuan memecahkan masalah dalam tim harus dibina. Karena masalah sering muncul dalam organisasi.
8.     Ketrampilan menangani komprontasi/konflik. Dalam peningkatan mutu dibutuhkan ketrampilan menghadapi perbedaan pendapat dan menyampaikan ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain tanpa merusak keharmonisan dalam tim.
9.     Penilaian/tindakan; Penilaian dilakukan dengan memantau dan membandingkan apa yang telah dilakukan dengan pernyataan misi dan rencana tindakan yang ada.
10. Penghargaan; Penghargaan atas kesuksesan tim dalam menyelesaikan tugas merupakan motivasi tim untuk bekerja lebih baik dalam mencapai tujuan selanjutnya.

Menurut Edward Sallis parameter efektifitas tim adalah, sebagai berikut :
1.     Sebuah tim memerlukan peran anggota yang telah didefinisikan secara jelas. Hal ini penting untuk mengetahui siapa pemimpin tim dan siapa yang menfalisilitator tim.
2.     Tim membutuhkan tujuan yang jelas. Tim harus mempunyai arah dan tujuan yang jelas untuk dicapai. Tujuan harus realistis, dapat dicapai dan relevan bagi kepentingan seluruh anggota.
3.     Sebuah tim membutuhkan sumberdaya-sumberdaya dasar untuk beroperasi. Kebutuhan sumber daya dasar adalah manusia, waktu, ruang dan energi.
4.     Sebuah tim perlu mengetahui tanggungjawab dan otoritas. Kekecewaan akan lahir jika terdapat pertimbangan yang diabaikan atau jika tim berlebihan dalam menggunakan otoritasnya.
5.     Sebelum tim membutuhkan rencana kerja. Rencana mencakup visi, misi tentang langkah-langkah yang dibutuhkan dalam penyelesaian tugas dan sumber daya bagi tim.
6.     Sebuah tim membutuhkan seperangkat aturan untuk bekerja. Aturan-aturan harus sederhana dan disetujui oleh seluruh anggota tim, mereka adalah tahap penting dalam penentuan norma.
7.    Tim  perlu menggunakan alat-alat yang tepat untuk mengatasi masalah dan menemukan solusinya.
8.     Tim perlu mengembangkan sikap tim yang baik dan bermanfaat.

Ada beberapa hal yang secara ideal harus dilakukan oleh seluruh anggota dan mencakup kemampuan untuk:
1.        Menghinisiasikan diskusi
2.        Mencari informasi dan opini.
3.        Mengusulkan prosedur untuk mencapai tujuan.
4.        Menjelaskan atau mengurangi ide.
5.        Menyimpulkan
6.        Tes untuk mufakat.
7.        Bertindak sebagai moderator lalu lintas percakapan langsung, menghindari percakapan simultan, menghambat pembicaraan yang dominan, memberi kesempatan pada pembicara uyang lain, menjaga percakapan dari hal-hal yang menyimpang.
8.        Kompromis dan kreatif dalam mengatasi perbedaan.
9.        Mencoba untuk mengurangi ketegangan dalam kelompok dan berusaha bekerja menembus masalah – masalah yang sulit.
10.    Mengekpresikan perasaan kelompok dan meminta yang lain untuk mengecek kesan tersebut.
11.    Membuat kelompok setuju terhadap standar.
12.    Merujuk pada dokumentasi dan data.
13.    Memuji dan mengoreksi anggota dengan cara yang fair dan mampu menerima komplain sama baiknya dengan pujian.
b.   Keterlibatan Stakeholders
Misi utama dari peningkatan mutu adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan seluruh pelanggan. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menjaga hubungan dengan pelanggannya dan memiliki obsesi terhadap mutu. Pelanggan sekolah ada dua macam:
1.      Pelanggan Internal : guru, pustakawan, laborat, teknisi dan administrasi.
2.      Pelanggan Eksternal  terdiri dari:
-          Pelanggan primer : siswa
-          Pelanggan sekunder: orang tua, pemerintah dan masyarakat.
-         Pelanggan tertier : pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi dan dunia usaha).
Menurut Edward Sallis dalam institusi pendidikan pelanggan utama adalah pelajar yang secara langsung menerima jasa, pelanggan kedua yaitu orang tua atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi dan pelanggan ketiga yaitu pihak yang memiliki peran penting, meskipun tak langsung seperti pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.
Guru, staf dan setiap orang yang bekerja dalam masing-masing institusi turut memberikan jasa kepada para kolega mereka adalah pelanggan internal. Hubungan internal yang kurangbaik akan menghalangi perkembangan sebuah institusi sekolah dan akhirnya membuat pelanggan eksternal menderita. Salah satu tujuan TQM adalah untuk merubah sebuah institusi sekolah manjadi sebuah tim yang ikhlas, tanpa konflik, dan kompetisi internal, untuk meraih sebuah tujuan tunggal yaitu memuaskan seluruh pelanggan.
c.    Keterlibatan Siswa
Upaya melibatkan siswa telah menjadi fenomena yang berkembang pada sekolah akhir-akhir ini, tetapi belum maksimal siswa yang terlibat dan mempengaruhi proses penyusunan kegiatan belajar mengajar disekolah. Perlu didesain agar supaya dalam penyusunan kurikulum dan peraturan-peraturan disekolah disusun secara fair dan efektif dengan melibatkan siswa.
      Adalah penting melibatkan siswa dalam proses pembuatan keputusan seperti dalam penyusunan kurikulum dan hal – hal yang berkenaan dengan desain materi pembelajaran. Sebuah lingkungan kelas yang memberi otonomi atau keleluasaan bagi siswa memiliki kaitan erat dengan kemampuan siswa dalam berekspresi, kreatif menunjukkan kemampuan diri belajar secara konseptual dan senang terhadap tantangan. Si siswa yang memiliki andil dalam kegiatan-kegiatan instrusional atau pembuatan peraturan sekolah memilik rasa cinta terhadap sekolah dan pada gilirannya secara signifikan keterlibatan mereka terhadap kegiatan – kegiatan sekolah.
Selama ini siswa dijadikan obyek dikelas ketimbang dijadikan sebagai subyek pendidikan. Siswa diharuskan tunduk kepada seluruh aturan yang dibuat oleh sekolah siswa tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan kemampuan yang dimilikinya. Siswa dalam menerima pelajaran dari guru dan menjalankan peraturan yang ada disekolah dalam keadaan terpaksa, karena merasa tidak nyaman dan tidak dilibatkan  dalam desain pembelajaran dan pembuatan peraturan.
Bahwa orientasi negatif bisa muncul jika kebijakan, tujuan dan norma sekolah atau implementasi semuanya dikembangkan tanpa melibatkan siswa atau siapa saja yang akan melaksanakannya. Sebaliknya keterlibatan mereka yang maksimal, terutama siswa akan memberikan respon positif terhadap program, peraturan, tuntutan atau norma–norma sekolah, keterlibatan siswa dalam perencanaan aktifitas kelas adalah merupakan bagian dari aspek otonomi dan kontrol dari siswa sendiri. Jika siswa merasa tidak berseberangan dengan aturan kelas, kemungkinan besar mereka akan mengembangkan perilaku positif terhadap sekolah secara umum dan terhadap prestasi akademis secara khusus.
d.   Keterlibatan Orang Tua
Keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak disekolah merupakan hal yang penting dilakukan oleh institusi pendidikan dan inilah salah satu unsur penting dalam Total Quality Management. Peran orang tua dalam pembentukan motivasi dan penguasaan diri anak sejak dini merupakan modal besar bagi kesuksesan anak disekolah. Peran orang tua terdiri dari: orang tua dapat mendukung perkembangan intelektual anak dan kesuksesan akademik anak dengan memberi mereka kesempatan  dan akses ke sumber-sumber pendidikan seperti jenis sekolah yang dimasuki anak atau akses ke perpustakaan, multi media seperti internet dan televisi pendidikan. Orang tua dapat membentuk perkembangan kognitif anak dan pencapaian akademik secara langsung dengan cara terlibat langsung dalam aktivitas pendidikan mereka. Orang tua juga mengajarkan anak norma dalam berhubungan dengan orang dewasa dan teman sebaya yang relevan dengan suasana kelas.
e.    Alternatif cara untuk mengakrabkan antara sekolah dan orang tua yaitu:
a)      Lakukan komunikasi secara intensif, secara proaktif sekolah menghubungi orang tua siswa. Ini dapat dilakukan :
1.    Kirimkan ucapan selamat bergabung dengan sekolah dan BP2, bagi  orang tua siswa baru, setelah perlu dilakukan perkenalan dan orientasi singkat agar orang tua mengetahui sekolah dengan aktivitasnya.
2.    Rapat tertentu, sebaiknya dilakukan pada level kelas, sehingga diantara rapat dapat efektif dan orang tua dapat saling kenal.
3.    Kirimkan berita sekolah secara periodik, sehingga orang tua selalu mengetahui perkembangan terakhir.
4.    Bagikan daftar personal sekolah secara lengkap, termasuk alamat dan tugas-tugas pokok mereka, sehingga orang tua dapat menghubungi.
5.    Mengundang orang tua jika anaknya berprestasi, jangan hanya mengundang kalau anaknya bermasalah.
6.    Melakukan kunjungan  rumah bila diperlukan. 
a.    Libatkan orang tua sebagai sponsor/panitia kegiatan di sekolah.
b.    Memberi peran orang tua untuk mengambil keputusan, sehingga merasa bertanggungjawab untuk melaksanakannya.
c.    Dorong guru untuk melibatkan orang tua dalam menunjang keberhasilan belajar siswa.
d.   Usaha yang dapat dilakukan untuk mendorong orang tua terlibat pada kegiatan di sekolah:
7.    Lakukan identifikasi kebutuhan sekolah dan bagaimana orang tua dapat membantu pada kegiatan tersebut. Libatkan guru, staf dan wakil BP3 dalam identifikasi tersebut. Susun uraian tugas untuk posisi-posisi yang mungkin dapat dibantu oleh orang tua sebagai relewan. Upayakan tugas tersebut tidak terikat oleh jadwal waktu yang ketat.
8.    Bantu guru untuk menyusun program relawan yang terkait dengan tugasnya.
9.    Informasikan secara luas program relawan tersebut, lengkap dengan diskripsi tugas untuk setiap tugas/posisi.
10.     Undang orang tua yang bersedia menjadi relawan.
11.     Berikan penghargaan bagi orang tua yang telah melaksanakan tugas sebagai relawan
D.  Hambatan – Hambatan dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam
Adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Indonesiasaat ini sedang dihadapkan pada transisi yang sungguh sangat problematis dan melelahkan. Problem transisi itu ditandai oleh tiga hal yang menghambat peningkatan mutu pendidikan, yaitu :
1.    Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM), kesempatan mengikuti pendidikan sangat kecil dan krisis multidimensional yang melelahkan, maka anggota masyarakat yang mengalami kegemangan dalam menghadapi masa depannya.
2.    Pelaksanaan kehidupan demokratis yang masih berada pada tahap “Remaja puberitas” ternyata memyebabkan setiap pengambilan keputusan selalu mengutamakan kuantitas atau jumlah yang besar meskipun tidak menggambarkan kebenaran
3.    Problem yang kita hadapi juga mencakup problem kepemimpinan. Sejumlah pemimpin tidak memiliki kelayakan intelektual, jiwa kepemimpinan, moral, dan tingkat kejujuran.[12]
Lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) hasil pendidikan juga mengakibatkan lambannya Indonesia bangkit dari keterpurukan sektor ekonomi yang merosot secara signifikan dari tahun ketahun. Sehingga Schotz dan Solow, dalam Dede Rosyada menegasankan bahwa, pendidikan merupakan faktor penting dalam partumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).[13] Hal ini dapat  dilihat pada negara maju, dimana kemajuan ekonomi yang didapatnya tidak lepas dari peranan pedidikan di negara tesebut.
Selain hal diatas ada juga beberapa pendapat ahli yang dapat menjadi faktor penghambat dalam peningkatan mutu pendidikan. Mortimore, dalam bukunya Hendyat Soetopo mengemukakan beberapa faktor yang perlu dicermati agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan :
1.    Kepemimpinan yang positif dan kuat. Tidak dapat dipungkiri, bahwa faktor kepemimpinan yang diterapkan sangat menentukan peningkatan mutu pendidikan.
2.    Harapan yang tinggi: Tantangan bagi berfikir siswa. mutu pendidikan dapat diperoleh jika harapan yang diterapkan kepada peserta didik memberikan tantangan kepada mereka untuk berkompetisi mencapai tujuan pendidikan.
3.    Monitor terhadap kemajuan siswa. aspek monitor menjadi penting karena keberhasilan siswa tidak akan terekam dengan baik tanpa adanya aktivitas monitoring.
4.    Tanggungjawab siswa dan keterlibatannya dalam kehidupan sekolah. Pendidikan akan berkualitas jika menghasilkan lulusan yang bertanggungjawab, disiplin, kreatif, dan trampil.
5.    Intensif dan hadiah. Penerapan pendidikan yang memberikan hadiah dan intensif bagi keberhasilan pendidikan akan meningkatkan usaha belajar siswa.
6.    Keterlibatan orang tua dalam kehidupan sekolah. Faktor ini telah menjadi klasik sebagai realisasi dari tanggungjawab pendidik.
7.     Perencanaan dan pendekatan yang konsisten.[14]
Faktor lain yang juga yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan antara lain:
1.    Faktor tujuan pendidikan.
2.    Faktor masukan atau imput pendidikan.
3.    Faktor manajemen dan supervisi pendidikan.
4.    Faktor personel pendidikan (siswa, guru, staf, kepala sekolah, pengawas)
5.    Faktor sarana dan prasarana pendidikan (kurikulum, fasilitas, peralatan, belajar, gedung, bengkel, perpustakaan dan lain-lain).
6.    Faktor instansional (semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan).
7.    Faktor ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang di pelajari siswa.[15]

E.  Analisis Strategi Meningkatkan Kualitas / Mutu Pendidikan
Sebetulnya selama perjalanan pendidikan itu juga berkaitan dengan peningkatan kualitas/mutu, tapi ada juga hukum alam yang tidak dapat ditinggalkan perkembangan kuantitatif akan dibarengi dengan kemunduran kualitas atau antara kuantitatif dan kualitatif itu tidak dapat berjalan seiring. Jika selama 30 tahun lalu tidak mengejar pada perkembangan kuantitatif dan era reformasi akan mengangkat kualitas dengan tetap menjaga kuantitasnya karena pada perkembangan penduduk selalu meningkat terus tanpa disertai jumlah lembaga yang dapat menampungnya, maka akan banyak anak didik yang tidak dapat melanjutkan belajarnya. Sekarang baru terasa kalau kita meningkatkan kuantitasnya terasa sangat gampang dan mudah tetapi kalau kualitas yang ditingkatkan akan terasa sangat sulit sekali dan ibaratnya cukup menantang, sedangkan kualitas itu sendiri bagaimana standarnya. Tentu perlu ada standar kompetensi baik nasional maupun internasional. Kedua dulu pada zaman Orde Baru, siswa dituntut untuk dapat membaca, menulis dan berhitung. Tetapi sekarang siswa harus dituntut bisa membaca Bahasa Indonesia dan bahasa asing, matematuka IPA/IPS, jadi dituntut untuk maju karena kita tidak hidup di negara yang tertutup, namun harus selalu dapat mengikuti per-kembangan dunia yang terus bergerak maju ke depan, dimana perubahan dan per-kembangan informasi sangat pesat. Dengan adanya ilmu pengetahuan dapat masuk lewat internet, sehingga memberi pengaruh besar pada dunia pendidikan. Di satu sisi mengalami kemajuan, namun di sisi lain juga merasa sedih karena masih adanya kesenjangan antara daerah yang mudah menjangkau dan daerah yang minim informasi, padahal peningkatan pendidikan pada hakekatnya menyangkut kemampuan kita dalam mengelola informasi, maka siapa yang cepat menangkap informasi, maka dialah yang maju.
Manajemen strategi yang berwawasan ke depan adalah suatu pelaksanaan prinsip-prinsip manajemen dalam bisnis yang dimulai dari implementasi strategi berdasarkan praktek-praktek bisnis yang dilakukan oleh korporasi yang berwawasan ke depan. Biasanya korporasi yang telah mampu membuktikan keberhasilannya dalam praktek manajemen dijadikan profil yang dapat ditiru oleh beberapa pembuat keputusan bisnis dari dasar-dasar pengambilan keputusan strategi dianalisa dan dipahami untuk dapat dijadikan sebagai titik tolak pembuatan strategi bisnis yang pada akhirnya nanti akan diperoleh strategi yang bernilai tinggi. Terdapat beberapa pandangan umum tentang mitos yang salah dan bertentangan dengan kenyataan. Mitos itu antara lain menyatakan bahwa untuk memiliki suatu keberhasilan besar harus memerlukan ide besar. Mitos ini dalam kenyataannya tidak demikian. Kadang-kadang tidak benar, karena perkembangan usaha tidak harus dengan ide-ide yang besar pula. Karena membangun usaha dengan  ide besar adalah ide yang buruk, sebab apabila di tengah perjalanan dalam kenyataan tidak sama dengan ide-ide yang besar tadi, maka akan menjadi penghambat perkembangan usaha tersebut. Kebanyakan usaha muncul ke permukaan tanpa ide yang besar.
Disamping mitos ide besar terdapat mitos lain adalah di dalam membangun suatu usaha yang besar diperlukan seorang yang karismatik dan berwawasan bersar. Pendapat ini juga keliru karena pemimpin yang karismatik tidak diperlukan, bahkan dianggap mengganggu stabilitas usaha dalam jangka panjang. Kebanyakan pemimpin yang mempunyai misi ke depan adalah orang-orang sederhana dan pemalu yang segan muncul di depan khalayak ramai. Untuk memenuhi arena persaingan agar tercapai tujuan yang dinamis dan berkembang, ada beberapa strategi yang dapat dilaksanakan antara lain:
1.    Kepuasan pihak yang terlibat antara lain guru, karyawan, pengolah dan yayasan termasuk disini para siswa itu sendiri.
2.    Jangkauan ke depan dengan menciptakan peluang melakukan gebrakan bisnis yang ditekuni.
3.    Kecepatan dengan meningkatkan kemampuan melaksanakan gebrakan yang ampuh dan tepat.
4.    Kejutan, dengan melakukan peningkatan kemampuan melalui gebrakan dan pembaruan.
5.    Menggeser aturan main, dengan melakukan berbagai usaha yang dinamis.
6.    Membuat sinyal dengan mempengaruhi dinamika persaingan masa depan.
7.    Melaksanakan kesinambungan dengan melakukan antisipasi interaksi strategis (disesuaikan dengan dunia pendidikan).
Untuk memenangkan salah satu arena persaingan bisnis, misalnya arena per-saingan waktu dan kemampuan dapat dilaksanakan dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan beberapa faktor strategi dinamis, yaitu kecepatan dan kejutan dengan meningkatkan kemampuan melaksanakan gebrakan ampuh serta melaksanakan kesi-nambungan dengan melakukan antisipasi interaksi strategis. Persaingan pada bisnis pendidikan akan nampak jalan dan sangat perlu diperhatikan apabila sebuah lembaga pendidikan berada di wilayah dimana terdapat banyak lembaga pendidikan. Sebagai contoh di satu wilayah terdapat lembaga pendidikan tingkat SMU dan jumlahnya 8 buah, 4 diantaranya sekolah umum dan 2 kejuruan, 2 lagi madrasah ‘aliyah. Walaupun yang sejenis cuma 2 buah sekolahan, namun hal ini perlu menganalisa strategi bersaing dalam bereubut  peluang pasar. Pasar telah terbuka lebar, hanya bagaimana kita memperebutkannya, tentu saja melalu keunggulan bersaing.
Kalau keunggulan bersaing itu tetap dipertahankan bahkan mungkin ditingkatkan, maka tidak tertutup kemungkinan lembaga pendidikan itu akan mampu menjadi pemimpin pasar yang selalu mempertahankan 3 komponen pokok, yaitu : 1) Keampuhan operasional, 2) Kepemimpinan produk, 3) Kedekatan dengan pelanggan




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan antara lain:  
1.        Kita perlu melakukan kajian/penelitian terhadap rencana – rencana yang telah kita lakukan terkait tingkat keunggulan (kualitas) dalam upaya memberikan bimbingan kepada peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam. 
2.        Adapun tahapan – tahapan dalam analisis strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan islam antara lain:
1.    Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2.    Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
3.    Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas/ bermutu bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
4.       Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan termasuk anggarannnya. Program tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional
3.        Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam antara lain
a.    Kerjasama Tim (Team Work)
Kerjasama tim merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Islam. Tim adalah sekelompok orang bekerja secara bersama-sama dan memiliki tujuan bersama yaitu untuk memberikan kepuasan kepada seluruh satakeholders.

b.   Keterlibatan Stakeholders
Misi utama dari peningkatan mutu adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan seluruh pelanggan. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menjaga hubungan dengan pelanggannya dan memiliki obsesi terhadap mutu.
c.    Keterlibatan Siswa
Upaya melibatkan siswa telah menjadi fenomena yang berkembang pada sekolah akhir-akhir ini, tetapi belum maksimal siswa yang terlibat dan mempengaruhi proses penyusunan kegiatan belajar mengajar disekolah. Perlu didesain agar supaya dalam penyusunan kurikulum dan peraturan-peraturan disekolah disusun secara fair dan efektif dengan melibatkan siswa.
d.   Keterlibatan Orang Tua
Keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak disekolah merupakan hal yang penting dilakukan oleh institusi pendidikan dan inilah salah satu unsur penting dalam Total Quality Management. Peran orang tua dalam pembentukan motivasi dan penguasaan diri anak sejak dini merupakan modal besar bagi kesuksesan anak disekolah.

4.        Hambatan – hambatan dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam antara lain:
1.      Kepemimpinan yang positif dan kuat. Tidak dapat dipungkiri, bahwa faktor kepemimpinan yang diterapkan sangat menentukan peningkatan mutu pendidikan.
2.      Harapan yang tinggi: Tantangan bagi berfikir siswa. mutu pendidikan dapat diperoleh jika harapan yang diterapkan kepada peserta didik memberikan tantangan kepada mereka untuk berkompetisi mencapai tujuan pendidikan.
3.      Monitor terhadap kemajuan siswa. aspek monitor menjadi penting karena keberhasilan siswa tidak akan terekam dengan baik tanpa adanya aktivitas monitoring.
4.      Tanggungjawab siswa dan keterlibatannya dalam kehidupan sekolah. Pendidikan akan berkualitas jika menghasilkan lulusan yang bertanggungjawab, disiplin, kreatif, dan trampil.
5.      Intensif dan hadiah. Penerapan pendidikan yang memberikan hadiah dan intensif bagi keberhasilan pendidikan akan meningkatkan usaha belajar siswa.
6.      Keterlibatan orang tua dalam kehidupan sekolah. Faktor ini telah menjadi klasik sebagai realisasi dari tanggungjawab pendidik.
7.      Perencanaan dan pendekatan yang konsisten.
5.        Analisis strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam
ada beberapa analisi strategi yang dapat dilaksanakan dalam antara lain:
1.      Kepuasan pihak yang terlibat antara lain guru, karyawan, pengolah dan yayasan termasuk disini para siswa itu sendiri.
2.      Jangkauan ke depan dengan menciptakan peluang melakukan gebrakan bisnis yang ditekuni.
3.      Kecepatan dengan meningkatkan kemampuan melaksanakan gebrakan yang ampuh dan tepat.
4.      Kejutan, dengan melakukan peningkatan kemampuan melalui gebrakan dan pembaruan.
5.      Menggeser aturan main, dengan melakukan berbagai usaha yang dinamis.
6.      Membuat sinyal dengan mempengaruhi dinamika persaingan masa depan.
7.      Melaksanakan kesinambungan dengan melakukan antisipasi interaksi strategis (disesuaikan dengan dunia pendidikan).
B.       Saran
Sekiranya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan mohon pembaca dengan kritik dan sarannya dapat mengirimkan ke alamat website saya:


[1] Abd. Rachman Assegaf, Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi, dalam Imam Machali dan Musthofa  (Ed.), Pendidikan  Islam dan Tantangan Globalisasi,  (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), Cet. I,  8-9
[2] A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), Cet. I, 156
[3] Ibid…, 15
[4] Depdiknas, Kamus Besar Indonesia,  (Jakarta:Pusat Bahasa,2008), 59
[5] Ibid…, 1515
[6] Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan,(Cet:I, Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2003), 79
[7] Ibid…,79
[8] Rusli Karim, Pendidikan Islam antara Fakta dan Cita (Yogyakarta:Tiara Wacana,1991), 67
[9] Ibid…, 67
[10] Imam Barnadib, Sistem Pendidikan Nasional Menurut Konsep Islam dalam ”Islam dan Pendidikan Nasional” (Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN, 1983), 135-136
[11] Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian…, 65 - 68
[12] Syahrir Harahab. Penegakan Moral Akademik Didalam dan Diluar Kampu. (Cet I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),  64-65. 
[13] Dede Rosyada, Paradikma Pendidikan Demokratis. (CetI.Jakarta : Prenada Media, 2004), 2.
[14] Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, (Cet: I Malang, UMM Malang, 2005), 94-96.
[15] Ibid…, 96.

Komentar

  1. Borgata Hotel & Casino: 2021 Review & Hotel Deals
    Borgata Hotel 광주광역 출장샵 & Casino is a 시흥 출장마사지 premier Atlantic City casino resort 성남 출장안마 with a 2,044 room resort with 서산 출장샵 653 rooms and 용인 출장안마 suites. The casino's 400,000 square foot

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Supervisi Pendekatan Non Direktif

Analisis Strategis dalam Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan

Tema 5 Subtema 2 Pembelajaran 2